Thursday 20 March 2014

sambungan Memahami Martabat Ilmu

Tazkirah
18JamadilAwal 1435@20/3/2014

...sambungan

Memahami Martabat Ilmu

Seperti dinyatakan oleh Saiyyidina Ali bin Abu Talib di atas, balasan para pemburu ilmu adalah syurga, sebuah tempat kembali terbaik bagi manusia yang selama hidupnya di dunia konsisten menunaikan amanah Allah (amanah ibadah dan amanah khilafah) yang telah dibebankan kepada dirinya, takut kepadaNya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya. "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS An-Nazi'aat : 40-41) Seterusnya, agar ilmu yang dimilikinya dapat menghantarkannya ke kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt, para pemburu ilmu mesti menghiasi dirinya dengan etikanya.

Tegasnya, mesti dilaksanakan secara beretika, samada dalam menuntut, mengembangkan, ataupun memanfaatkannya. Antara lain tidak melakukan maksiat dalam pencarian dan pengamalannya kerana kemaksiatan akan memberi implikasi yang sangat tragis terhadap pelakunya. Nasib paling tragis yang dialami oleh manusia ialah lupa pada kewujudan dirinya sendiri sebagai akibat dari sikapnya yang melupakan Allah swt. Boleh dikatakan, tidak ada pengalaman yang paling menyakitkan dan menghinakan selain orang yang telah kehilangan ma'rifah (pengetahuan) kepada dirinya sendiri. Al-Qur`an memastikan orang yang melupakan dirinya akan mengakibatkan ia terjerumus ke dalam kefasikan. "Dan janganlah kamu seperti orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS Al-Hasyr : 19) Sesungguhnya kefasikan seseorang merupakan hasil kelemahan dirinya dalam menahan hasutan nafsunya.

Hasutan nafsu yang diperturutkan itulah yang menyebabkan seseorang berenang di lautan kemaksiatan yang mengakibatkan dirinya terseret ke dalam api neraka. Oleh sebab itu, orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya, sudah pasti tidak akan mampu bertahan pada tapak moral, norma, dan tatacara yang benar. Bahkan tindakannya cenderung untuk melanggar setiap peraturan sehingga secara praktikalnya, dirinya akan terjerumus ke jurang kemaksiatan. Sebagai bentuk sikap durhaka atau menentang hak-hak, hukum-hukum atau ketentuan Allah swt, maksiat sama ertinya dengan mengkhianati janji di alam ruhnya dan menurunkan nilai kehambaannya. Tentu sahaja, semua itu memberi implikasi yang buruk terhadap perjalanan hidup dan nasib akhir yang akan diterimanya. Melakukan perbuatan dosa dengan melalaikan laranganNya sama ertinya dengan membentuk kemanusiaannya menjadi liar yang terus-menerus memburu kemaksiatan. Akhir kesudahan para pemburu kemaksiatan ialah disemayamkan ke dalam neraka. "Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya." (QS An-Nazi'aat : 37-39).

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

No comments:

Post a Comment