Friday 21 March 2014

sambungan Memahami Martabat Ilmu

Tazkirah
19JamadilAwal 1435@21/3/2014

...sambungan

Memahami Martabat Ilmu

Dalam Al-Qur`an, kedahsyatan neraka dilukiskan dengan menggunakan metafora yang sangat indah dan menggetarkan. Bola-bola apinya yang dahsyat itu digambarkan sebagai iring-iringan unta yang kuning. "Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning." (QS Al-Mursalaat : 32-33)

Ilmu itu mencerahkan sedangkan maksiat justeru menggelapkan.
Begitulah pengaruh ilmu terhadap situasi batiniah manusia. Suatu ketika Imam Syafi'i duduk di depan gurunya yang paling dia hormati, Imam Malik. Ketika itu ia membacakan sesuatu yang membuat Imam Malik sangat mengkaguminya terutama dalam hal kecepatannya dalam menangkap pelajaran serta kecerdasan dan pemahamannya yang sempurna. Waktu itu Imam Malik berkata : "Aku melihat, Allah swt telah meletakkan sinar dalam hatimu. Jangan padamkan sinar itu dengan kegelapan maksiat." Imam Syafi'i menjawab : "Saya menzahirkan keluhan tentang hafalanku yang buruk kepada Waqi'. Ia menasihatiku untuk meninggalkan maksiat.

Waqi' berkata :

"Ketahuilah bahwa ilmu itu anugerah dan anugerah Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat." Oleh sebab itu menghindarkan diri dari menjadi pemburu maksiat merupakan langkah tepat agar seseorang terhindar pula dari pemburuan yang sia-sia yang menyebabkan dirinya menderita berkepanjangan. Untuk itu, segala pintunya mesti ditutup rapat-rapat. Pintu-pintu itu, menurut para ulama', adalah :

1. Pandangan pertama yang memprovokasi syahwat.

2. Fikiran yang melintas di benak yang merupakan permulaan dari seluruh aktiviti manusia.

3. Kata-kata atau ucapan yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai.

4. Langkah nyata untuk melakukan suatu tindakan yang dilarang oleh syariat.

Ingatlah, jika kita tidak berwaspada, kemaksiatan akan mudah untuk masuk di antara salah satu pintu tersebut. Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mencintai ilmu, belajar ilmu, memahami ilmu dan akhirnya melaksanakan ilmu yang diketahui. Jauhkanlah diri kami dari terjerumus ke dalam maksiat kerana sesungguhnya maksiat akan memadamkan ilmu yang ada di dalam hati kami yang akhirnya akan membutakan hati kami sehingga kami tidak lagi mampu mengenal kebenaran dan berpegang teguh dengannya.

Wassalam


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Thursday 20 March 2014

sambungan Memahami Martabat Ilmu

Tazkirah
18JamadilAwal 1435@20/3/2014

...sambungan

Memahami Martabat Ilmu

Seperti dinyatakan oleh Saiyyidina Ali bin Abu Talib di atas, balasan para pemburu ilmu adalah syurga, sebuah tempat kembali terbaik bagi manusia yang selama hidupnya di dunia konsisten menunaikan amanah Allah (amanah ibadah dan amanah khilafah) yang telah dibebankan kepada dirinya, takut kepadaNya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya. "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS An-Nazi'aat : 40-41) Seterusnya, agar ilmu yang dimilikinya dapat menghantarkannya ke kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt, para pemburu ilmu mesti menghiasi dirinya dengan etikanya.

Tegasnya, mesti dilaksanakan secara beretika, samada dalam menuntut, mengembangkan, ataupun memanfaatkannya. Antara lain tidak melakukan maksiat dalam pencarian dan pengamalannya kerana kemaksiatan akan memberi implikasi yang sangat tragis terhadap pelakunya. Nasib paling tragis yang dialami oleh manusia ialah lupa pada kewujudan dirinya sendiri sebagai akibat dari sikapnya yang melupakan Allah swt. Boleh dikatakan, tidak ada pengalaman yang paling menyakitkan dan menghinakan selain orang yang telah kehilangan ma'rifah (pengetahuan) kepada dirinya sendiri. Al-Qur`an memastikan orang yang melupakan dirinya akan mengakibatkan ia terjerumus ke dalam kefasikan. "Dan janganlah kamu seperti orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS Al-Hasyr : 19) Sesungguhnya kefasikan seseorang merupakan hasil kelemahan dirinya dalam menahan hasutan nafsunya.

Hasutan nafsu yang diperturutkan itulah yang menyebabkan seseorang berenang di lautan kemaksiatan yang mengakibatkan dirinya terseret ke dalam api neraka. Oleh sebab itu, orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya, sudah pasti tidak akan mampu bertahan pada tapak moral, norma, dan tatacara yang benar. Bahkan tindakannya cenderung untuk melanggar setiap peraturan sehingga secara praktikalnya, dirinya akan terjerumus ke jurang kemaksiatan. Sebagai bentuk sikap durhaka atau menentang hak-hak, hukum-hukum atau ketentuan Allah swt, maksiat sama ertinya dengan mengkhianati janji di alam ruhnya dan menurunkan nilai kehambaannya. Tentu sahaja, semua itu memberi implikasi yang buruk terhadap perjalanan hidup dan nasib akhir yang akan diterimanya. Melakukan perbuatan dosa dengan melalaikan laranganNya sama ertinya dengan membentuk kemanusiaannya menjadi liar yang terus-menerus memburu kemaksiatan. Akhir kesudahan para pemburu kemaksiatan ialah disemayamkan ke dalam neraka. "Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya." (QS An-Nazi'aat : 37-39).

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Wednesday 19 March 2014

Sambungan Memahami Martabat Ilmu

Tazkirah
17JamadilAwal 1435@19/3/2014

...sambungan

Memahami Martabat Ilmu


Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al-Hujurat : 3)
Demi meraih puncak prestasi tersebut, seharusnya setiap diri sentiasa bersemangat untuk menuntut
ilmu hingga menjadi pemburu yang tulus kerana kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat akan disandang oleh orang yang berilmu.
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis,
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan" (QS Al-Mujadalah : 11)
Imam Al-Zamakhsyari mengutip sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang berilmu
dari orang-orang yang tidak berilmu.
Antara lain, sabda Rasulullah saw :
"Jarak antara seorang alim (orang yang berilmu) dan seorang abid (tukang ibadah yang tidak berilmu)
adalah seratus darjat / tingkat. Jarak di antara dua tingkat itu adalah perjalanan kuda selama 70
tahun" (HR Abu Ya'la dan Ibnu Adi)

Al-Qur'an memberikan berbagai gelaran mulia dan terhormat kepada orang yang berilmu yang
menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukannya di sisi Allah swt dan makhlukNya.
PERTAMA : "Al-RAASIKHUN FIL ILM"
"Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal." (QS Ali Imran : 7).

KEDUA : "ULUL AL-ILMI" "Allah menyatakan bahawasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS Ali Imran : 18)

KETIGA : "ULUL AL-BAB" "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS Ali Imran : 190)

KEEMPAT : "AL-BASHIR" DAN "AS-SAMI'"

"Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan itu)?" (QS Hud : 24)

KELIMA : "AL-A'LIMUN" "Dan perumpamaan- perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (QS Al-Ankabut : 43)

KEENAM : "AL-ULAMA" "Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama'. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Fathir : 28) Atas dasar itulah, para ulama' menegaskan bahwa pekerjaan menuntut atau memburu ilmu sebagai usaha mulia yang layak memperolehi balasan mulia pula.

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Tuesday 18 March 2014

Memahami Martabat Ilmu

Tazkirah
16JamadilAwal 1435@18/3/2014

Memahami Martabat Ilmu

Sayyidina Ali bin Abu Talib ra berkata : "Pahala pencarian seorang pencari ilmu adalah syurga dan balasan pencarian seorang pemburu maksiat adalah neraka". Ilmu adalah suatu hasil usaha secara sedar terhadap potensi akal manusia untuk :
a. Menyelidiki.
b. Menemui.
c. Meningkatkan kefahaman. terhadap realiti yang diamati samada oleh pancaindera manusia atau bukan, adalah kurniaan Allah swt yang melekat pada penciptaanNya.

Firman Allah swt : "Dan Dia telah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab, "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS Al-Baqarah : 31-32) Meskipun manusia berkemungkinan mampu mencapai pengetahuan sejagat hingga ia dapat melakukan hubungan secara terus dengan keseluruhan ruangan alam semesta seperti yang tersirat dalam ayat tersebut, namun mengingatkan bahwa manusia memiliki keterbatasan yang melekat kepada dirinya maka tidak ada jaminan untuk dapat mencapai semua itu. Ya, ilmu memang memberikan kepastian dengan membataskan ruang lingkup pandangannya, namun kepastiannya seiring dengan keterbatasan manusia itu sendiri. Walaupun begitu, usaha manusia untuk mencapai keseluruhan itu melalui proses transformasi yang tiada henti-hentinya, menempatkan posisinya secara terhormat dalam kedudukan makhluk.

Itulah yang membuatkan Adam sampai ke tingkatan yang lebih unggul dari para malaikat. Kedudukan
unggulnya itu jelas disebabkan oleh kesan dari dalam dirinya yang memantulkan kesempurnaan
tersebut.
Proses transformasi yang dilakukan manusia melalui akalnya, iaitu potensi nalurinya yang membezakan
dirinya dengan makhluk-makhluk lain, adalah kewajiban fitrah yang dapat meningkatkan kualiti
kemanusiaannya.
Menurut Ibnul Jauzi, salah satu fungsi akal ialah untuk memahami perintah dan tanggungjawab dari
Allah swt.
Dengan cara :
1. Melakukan transformasi ilmu yang terus-menerus.
2. Membebaskan akalnya dari dominasi nafsu.
3. Memfungsikannya secara tepat.
manusia dapat mencapai puncak prestasinya yang secara nilaiannya menempati kedudukan yang paling
mulia.

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Monday 17 March 2014

Sambungan : Hilangkan Penyakit Wahan

Tazkirah
15JamadilAwal 1435@17/3/2014

...sambungan

Hilangkan Penyakit Wahan

Dunia adalah sebagai alat atau jambatan kepada akhirat. Mematikan hubungan dunia akan meruntuhkan jambatan ke akhirat. Segala perhiasan yang ada di dunia adalah berbentuk pinjaman. Ada yang Allah berikan percuma, manakala untuk mendapat nikmat yang lebih besar lagi di akhirat, manusia harus menggunakan nikmat tersebut dengan cara yang sewajarnya. Mengenali batasan halal dan haram, membezakan baik dan buruk, menyeimbangkan keperluan diri dan tidak bersikap berlebih-lebihan membawa kepada erti Al Falah yakni kejayaan hakiki dalam tafsiran pengabdian kepada Allah SWT.

Asas keimanan yang kukuh, kefahaman yang syumul ke atas makna kepada tugas sebagai hamba dan manusia ini jelas difahami oleh para sahabat sehingga membawa kepada gelaran Fursanun Fillail, Ruhbanun Fin Nahar (menjadi panglima jihad di siang hari dan menjadi ahli ibadat di malam hari). Mereka menempa kejayaan berganda dengan kekuasaan Islam, sehingga berjaya menyebarkan Islam di muka bumi ini dengan penaklukan 2/3 dunia di bawah wilayah Islam, kejayaan dalam bidang sains, astronomi, al falak, mantik, ilmu geografi, fizik, kimia, biologi, matematik, falsafah, muzik, statistik, perubatan dan pelbagai lapangan ilmu sehingga kota-kota seperti Cordova di Andalusia, Baghdad di Iraq, Istanbul di Turki, menjadi sebutan dalam lembaran sejarah di bawah sistem khalifah Islam. Semangat jihad (kesungguhan) menjadi tulang belakang kepada perjuangan membawa nama Islam dalam setiap aspek dan nilai kehidupan.

Para ahli tasawuf yang faqih begitu menghayati kesederhanaan dalam berurusan dengan muamalat kehidupan. Mereka yang mengerti tidak akan memisahkan 2 dunia ini sebagai jalan mendapatkan cinta daripada Allah SWT. Allah SWT menghiasi manusia dengan fitrah supaya manusia memakainya dengan selayaknya dan bukan sebagai alasan melupakan perintahNya dan laranganNya. Cinta kepada manusia dengan cara yang salah tanpa berpaut kepada Allah SWT, maka tidak membawa makna kepada takrifan ibadah. Cinta yang diikat dengan akidah, asas kepercayaan yang kukuh, dalam menjaga ikhtilat, batasan-batasannya akan mendapat mardhatillah (redha Allah SWT) yang didamba serta beroleh maghfirah (keampunanNya).

Sehubungan dengan itu, marilah sama-sama kita meneladani sirah perjalanan hidup Rasulullah SAW, para sahabat baginda dan tabi' tabien yang mendapat petunjuk. Kita harus meyakini bahawa penyempurnaan manusia pada penciptaannya adalah menjadi hamba yang bertakwa kepadaNya, baik kalangan lelaki mahupun perempuan.

Wassalam


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Sunday 16 March 2014

Hilangkan Penyakit Wahan

Tazkirah
14JamadilAwal 1435@16/3/2014

Hilangkan Penyakit Wahan

Ramai orang yang menyangka atau berfikiran negatif bahawa dengan berfikir soal kematian ia akan melemahkan badan kita daripada bekerja dan hanya mampu menumpu urusan tikar sejadah semata-mata. Ramai yang berkata bahawa mengingati mati akan merencatkan motivasi kepada sikap untuk mencapai kejayaan. Malah ada juga yang berpendapat bahawa berfikir tentang kematian, menjadi sebab mengapa orang Islam lemah dan tidak berjaya.

Inilah suatu kefahaman yang salah dan tidak wajar menjadi satu i'ktikad atau pegangan hidup kita. Asas kepercayaan yang betul akan membawa kepada hala tuju kehidupan kita. Sedangkan matlamat kehidupan yang ditekankan dalam Islam adalah untuk mencapai keredhaan Allah SWT. Apakah salah sekiranya kejayaan, nikmat, serta perolehan di dunia ini sebagai suatu perkara yang dibenci Islam? Kita telah menghalang pemikiran kita dengan menerima serta mempercayai bahawa sesuatu perkara perlu dibiarkan sahaja kerana dalam urusan Allah SWT semata-mata dan membiarkannya yakni redha tanpa sebarang usaha, tetapi dalam masa yang sama masih juga mengharapkan agar mendapat kejayaan. Sifat tawakkal yang disalah ertikan sebagai mengharapkan sesuatu keajaiban berpihak kepada diri tanpa usaha merupakan suatu penyakit yang merbahaya.

Berbalik kepada persoalan kematian, Nabi Muhammad SAW pernah menyifatkan bahawa manusia yang paling cerdik adalah mereka yang selalu mengingati kepada kematian. Kematian adalah suatu pengakhiran kepada kehidupan dunia, untuk suatu peralihan ke destinasi yang baru iaitu alam barzakh dan seterusnya alam akhirat. Destinasi-destinasi alam yang berbeza ini membawa makna bahawa erti kehidupan tidak akan pernah berakhir hanya setelah keluarnya roh daripada badan ketika di dunia, tetapi pengembaraan yang akan disertai oleh kita nanti merupakan suatu pengembaraan yang panjang.

Pengembaraan yang panjang ini memerlukan bekalan yang mencukupi bagi setiap destinasi. Bekalan hanya dimiliki di suatu alam iaitu dunia. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah membuat analogi yang menarik terhadap pengembaraan manusia sebagai hamba di dunia ini sebagai suatu pelayaran kapal yang berangkat ke sebuah destinasi lalu singgah di sebuah pulau indah, di sana manusia meredahi pulau mencari bekalan dalam keasyikan nikmat, ada yang mendapat bekalan sebaiknya, tetapi ada yang terpedaya dengan aneka nikmat, sehingga kapal belayar mengambil mereka dalam keadaan mereka tidak membawa bekalan sebanyaknya dan ada yang tiada.

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Thursday 13 March 2014

Bagaimana Ibadah Boleh Melahirkan Kemajuan-(2)

Tazkirah
11JamadilAwal 1435@13/3/2014

...sambungan

Bagaimana Ibadah Boleh Melahirkan Kemajuan

Sementara itu satu hari Rasulullah SAW bercerita di depan sahabat, tidak lama lagi akan datang seseorang di majlis ini, dia ahli syurga. Kalau Rasulullah SAW berkata, dia itu ahli syurga, maka itu pasti ahli syurga. Jadi sahabat menunggu siapa yang akan datang. Tidak lama kemudian datang seseorang. Sahabat banyak yang tidak kenal. Setelah kuliah, sahabat ada yang ingin mengambil perhatian, apa amalannya sampai Rasulullah sebut dia ahli syurga. Sahabat itu mengikuti sampai ke rumahnya dan meminta izin untuk bermalam. Sahabat ingin melihat apa amalannya sehingga Rasulullah sebut ahli syurga. Jadi setelah diikuti sepanjang malam, tidak ada yang istimewa, shalat sunat tidak dibuat, tahajud pun tidak dibuat. Setelah subuh sahabat bertanya, waktu kuliah semalam Rasulullah berkata, sebelum saudara datang, sebentar lagi akan datang seorang ahli syurga. Saya ingin tanya apa amalan saudara, sampai dapat dikatidakan ahli syurga. Jawab orang itu, saya bukan saja tidak ada hasad dengki (iri hati) dengan orang, niat untuk hasad pun tidak ada. Jadi ibadah yang sedikit berbuah.

Sedangkan ibadah yang ketiga adalah bentuk ibadah yang lebih luas lagi. Setiap kerja akan menjadi ibadah apabila menempuh lima syarat. Misalnya di bidang ekonomi, sains teknologi, pendidikan, pemerintahan, dan lain lain. Jelaslah bagi kita bahwa ibadah ini akan melahirkan pembangunan lahiriah. Inilah yang dikatakan ada keseimbangan di antara pembangunan rohaniah dan fisik.

Bagaimana yang disebut seimbang? Bila kita melaksanakan ibadah yang pertama dan kedua artinya kita melahirkan akhlak yang mulia, kemudian melaksanakan ibadah yang ketiga dengan menempuh 5 syarat, maka melahirkan pembangunan fizikal. Kalau umat Islam benar-benar mengikuti kaedah itu maka tentulah Islam akan berjaya memakmurkan dunia. Tetapi selagi kita masih mengikuti sistem orang lain, bukan kejayaan yang dicapai bahkan berkrisis sesama sendiri.
Setiap usaha ikhtiar kita akan jadi ibadah bila menempuh 5 syarat, banyak perkara yang kita tidak faham selama ini sudah dapat difahami. Apa yang kita fahami melalui kaedah 5 syarat ini.

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Wednesday 12 March 2014

Bagaimana Ibadah Boleh Melahirkan Kemajuan

Tazkirah
10JamadilAwal 1435@12/3/2014

Bagaimana Ibadah Boleh Melahirkan Kemajuan

Kita beribadah dengan tujuan menyembah Allah yang memang patut disembah. Jangan pula kita beribadah itu untuk menyembah nafsu kita dengan cara membina mazmumah.

Setelah memahami bahwa tujuan manusia adalah menyembah Allah, perlu kita pelajari bagaimana cara-cara manusia menyembah Allah. Kemajuan lahir dan batin manusia tidak terpisah. Dengan manusia menyembah Allah secara lengkap dan tepat, maka ajaran Islam akan terlihat cantik.

Cara menyembah Allah ada 3 bahagian, iaitu
1.) Ibadah yang asas : mempelajari, memahami, meyakini, rukun iman, serta mempelajari, memahami dan melaksanakan rukun islam.
2.) Ibadah fadhailul amal : Amalan-amalan yang utama seperti puasa Isnin & Khamis, solat tahajud, solat sunat rawatib, membaca ayat-ayat tasbih, tahmid, tahlil, membaca selawat, dan lain-lain
3.) Ibadah yang umum, yang lebih luas, seluas dunia, iaitu ibadah yang mubah(harus) jadi ibadah asalkan menempuh lima syarat ibadah

Lima syarat ibadah untuk ibadah umum adalah seperti berikut:
1. Niat mesti betul
2. Perkara yang kita buat dibenarkan syariat
3. Pelaksanaan sesuai dengan syariat
4. Natijah (hasil) digunakan sesuai syariat
5. Jangan tertinggal ibadah yang asas

Ibadah yang asas, serta ibadah yang fardhu, kalau kita dapat amalkan sungguh-sungguh lahir dan batin, dengan penuh khusyuk, dapat membuahkan akhlak yang mulia, budi pekerti yang baik, khusnul khulq. Akhlak yang mulia ini merupakan buah ibadah. Sebab itulah Allah menilai ibadah manusia bukan atas dasar banyak tetapi sejauh mana memberi hasil, dapat membuahkan akhlak. Seharusnya makin banyak beribadah, makin halus akhlaknya. Itu yang disebut amal taqwa, amal soleh. Tetapi kalau ibadah banyak tidak membuahkan akhlak mulia, masih lagi dihukum di neraka.

Pernah Rasulullah SAW berkumpul bersama dengan para sahabat, kemudian Rasulullah berkata, saya memiliki seorang tetangga wanita, dia berpuasa siang harinya dan di malam harinya shalat tahajjud, tetapi ia ahli neraka. Sahabat bertanya, bagaimana wanita itu ya Rasulullah, jawab baginda Rasulullah SAW, wanita itu selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya. (Tidak ada kebaikan lagi baginya) dia adalah ahli neraka. Kenapa? Sebab ibadah tidak berbuah. Jadi orang yang menyakiti orang lain, ibadahnya tidak melahirkan akhlak.

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Tuesday 11 March 2014

Mudahnya Menghabiskan Pahala

Tazkirah
9 JamadilAwal 1435@11/3/2014

Mudahnya Menghabiskan Pahala

Mengumpul duit bukannya senang. Menghabiskannya sekelip mata sahaja diperlukan. Begitu juga pahala. Bertimbun-timbun pahala boleh lebur dengan satu tindakan dosa. Bagaimanapun berbanding duit, kita amat jarang terasa sedang menghabiskan pahala.

Pahala boleh lebur dengan mengutuk orang. Pada hari ini tidak pelik seorang yang menjaga solat lima waktu, puasa Ramadhan dan makan minumnya semua halal tetapi tidak menjaga lidahnya. Senang-senang dia mengutuk orang. Setiap kali tiba Maulidurasul kitalah yang paling gembira. Dalam masa yang sama ajaran nabi tidak pernah diambil cakna:
"Mengutuk seorang Mukmin seperti membunuhnya"..(Riwayat Ahmad)

"Bukanlah orang beriman seorang yang suka menuduh, mengutuk, pelaku keji dan bermulut kotor"..(Riwayat Ahmad).

Suatu hari selendang seorang lelaki diterbangkan oleh angin. Lalu dia mengutuk angin. Lantas Rasulullah SAW mendidiknya.." jangan mengutuk angin, kerana angin menurut perintah sahaja. Sesiapa yang mengutuk sesuatu sedangkan kutukan itu tidak sepatutnya diterimanya, maka kutukan itu akan mengena kembali si pengutuk"...(Riwayat Abu Dawud).

Sedangkan angin pun haram dikutuk, inikan pula manusia, semulia-mulia makhluk. Harus diingat, pada hari ini perbuatan mengutuk berevolusi. Kalau dulu mungkin terhad kepada ucapan lisan. Kini lebih rancak dalam bentuk gambar, video dan sebagainya. Boleh jadi pagi-pagi berkongsi hadith...seminit kemudian menaip komen-komen yang mengutuk mereka yang dibenci.

Janganlah disebabkan satu keburukan, kita lupa semua kebaikan seseorang. Boleh jadi kebaikannya yang kita tidak tahu sebenarnya lebih banyak berbanding keburukan yang kita tahu. Fikirkan tentang diri sendiri. Boleh jadi kebaikan kita yang kita tahu sebenarnya jauh lebih sedikit berbanding keburukan diri yang tidak kita sedari.

Mujurlah Allah SWT bukan seperti kita sifatNya. Dengan satu sahaja ketelanjuran, kita terus diazab. Jika begitu...ke syurga tiada harapan langsung. Semoga titipan ini memberi manfaat kepada saya yang hina ini...dan juga para sahabat sekelian.

Wassalam


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Friday 7 March 2014

Khutbah Jumaat : 7 Mac 2014

“ Wahai orang-orang yang beriman! Bahawa sesungguhnya arak, dan judi, dan pemujaan berhala, dan mengundi nasib dengan batang -batang anak panah, adalah (Semuanya) kotor (keji) dari perbuatan syaitan. oleh itu hendaklah kamu menjauhinya supaya kamu berjaya...

k Hut Bah Juma at Rumi 07032014 by MasjidAsSyarif

Ammar Makruf Nahi Mungkar-3

Tazkirah
5JamadilAwal 1435@7/3/2014

...sambungan

امر معروف نهي منكر

Sabda Rasulullah saw;
"Siapa yang menyaksikan sesuatu mungkar, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tiada berkuasa, maka dengan lisannya. Jika tiada berkuasa juga, maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman".

Masyarakat yang baik ialah masyarakat maju, bertamadun, subur dengan suasana aman bahagia, terjalin ikatan mesra dan bersatu padu yang berasaskan akidah, syariat dan akhlak Islamiah. Tentu sekali masyarakat ini akan sentiasa menerima cucuran rahmat serta perlindungan Allah.

Beginilah masyarakat yang dibina oleh Rasulullah SAW di Madinah, padahal masyarakatnya terdiri daripada pelbagai rupa bangsa, aliran kepercayaan dan darjat, namun mereka dapat hidup dalam suasana penuh kekeluargaan.

Mengapa masyarakat pada zaman Rasulullah SAW boleh hidup dalam keadaan perpaduan yang utuh dan kukuh serta aman makmur? Bila diteliti helaian sirah Baginda, antara rahsianya ialah kerana Rasulullah SAW serta sahabat dan seluruh anggota masyarakatnya menegakkan amar makruf nahi mungkar (menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat mungkar) di tengah-tengah masyarakat.

Masyarakat Islam masa kini seharusnya mencontohi apa yang dipraktikkan Rasulullah SAW pada masa silam dalam membangun masyarakat harmoni yang tinggi nilai akhlaknya serta perpaduan mengagumkan. Dengan ini syiar Islam mampu berada di puncak kegemilangannya dan syariat Islam dengan mudah pula dapat ditegakkan.

Tidak dapat dinafikan lagi, Islam amat menitikberatkan kedamaian dan perpaduan masyarakat serta membenci perbalahan atau perpecahan. Lantaran itu, Islam menghulurkan tanggungjawab kepada setiap anggota masyarakat supaya menghidupkan amar makruf nahi mungkar kerana manfaatnya kepada kehidupan umat Islam yang sejahtera.

Firman Allah yang bermaksud: "Perintahlah orang lain supaya berbuat baik dan laranglah ia daripada berbuat jahat, serta bersabarlah terhadap cubaan yang menimpamu." (Surah Luqman, ayat 17)

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Thursday 6 March 2014

Aktiviti: Yaa-sin & Solat Pohon Hujan (6/3/2014)




SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Ammar Mahrif Nahi Mungkar-2

Tazkirah
4JamadilAkhir 1435@6/3/2014

...sambungan

امر معروف نهي منكر

Berdasarkan maksud ayat itu, Allah dengan nada tegas mengarahkan setiap orang Islam supaya menjalankan tugas dakwah dengan penuh keinsafan dan keimanan, walaupun nanti memang tidak dapat lari daripada merempuh segala macam halangan. Ini tentunya memerlukan semangat, pengorbanan dan kesabaran tinggi. Bila tugas dakwah dijalankan seperti sepatutnya, maka akan lahirlah satu umat yang terpuji di sisi Allah.

Firman Allah yang bermaksud: "Kamu adalah umat yang terbaik yang telah dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah." (Surah al-Imran, ayat 110)

Dimaksudkan umat terbaik menurut Abul Khairi Al-Latifi dalam bukunya 'Keruntuhan Martabat Umat Islam' ialah, ".... individu-individu dalam umat ini memberi manfaat kepada individu lain". Maknanya masing-masing saling nasihat-menasihati dan menjalankan amar makruf nahi mungkar ikhlas semata-mata kerana Allah.

Dalam usaha menerapkan nilai murni dalam masyarakat, Islam memberi garis panduan cukup sistematik dan terbaik untuk diteladani. Jika berlaku perbuatan maksiat, maka hendaklah dicegah dan dihalang mengikut ukuran kemampuan masing-masing.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Barang siapa di antara kalian melihat perbuatan mungkar, maka cegahlah perbuatan itu dengan tangannya (kekuasaan), apabila ternyata ia tidak mampu maka cegahlah dengan lisan (nasihat atau larangan) dan apabila masih juga tidak mampu, maka hatinya harus mengingkari perbuatan itu, tetapi terakhir ini adalah termasuk orang yang lemah imannya." (Hadis riwayat Muslim)

Dr Afif Abdullah Fattah Thabbarah dalam bukunya Dosa Dalam Pandangan Islam menyatakan: "Mendiamkan perbuatan mungkar bererti ikut berdosa, dan dosanya akan dipikul oleh semua anggota masyarakat, kerana berdiam diri bererti merestui perbuatan itu."

Di samping mencegah, agama Islam juga menunjukkan cara bagaimana sebaik-baiknya manusia menyeru manusia lain (masyarakat/kaumnya) ke jalan yang diredai Allah.

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Wednesday 5 March 2014

Ammar Makruf Nahi Mungkar.

Tazkirah
3JamadilAwal 1435@5/3/2014

امر معروف نهي منكر

Amar Ma'ruf (menyuruh berbuat baik) dan Nahi Mungkar(melarang dari berbuat jahat) merupakan sebahagian dari tanggngjawab atau kewajipan fardhu kifayah di kalangan mukmin. Ini merupakan perintah Allah sebagaimana di dalam Al-Quran dan Sunah NabiNya saw.Tanggungjawab ini tidak boleh diabaikan yang sewajarnya menjadi kewajipan setiap mukmin memainkan peranannya setakat kemampuannya yang dapat dilaksanakan.

Oleh itu amatlah wajar sekali setiap individu tersebut dapat memainkan peranannya sedapat ynag mungkin melaksanakan amanah menyeru kebaikan dan melarang melakukan keburukan ini mengikut kedudukan serta kemampuan masing-masing, agar apa yang dapat disumbangkan akan memberi manfaat dan kebaikan kepada mereka yang berkenaan. Kedudukan serta peranan yang dapat disumbang tidak disalahguna atau dipersia-siakan sesuai dengan kehendak perintah Allah swt atau sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam.

Tugas amal ma'ruf nahi mungkar ini bukan sahaja perlu dilaksanakan olehgur-guru atau orang -orang dipertanggungjawabkan oleh pihak pemerintah sahaja malahan hendaklah sama-sama dilaksanakan oleh setiap angggota masaarakat Islam seluruhnya.Peranan ini dapat dimainkan diperingkat keluarga, kumpulan, masyarakat dan juga negara secara yang lebih menyeluruh.

Firman Allah Taala,

"Wajiblah ada di antara kamu suatu umat (golongan) yang menyeru manusia kepada melakukan kebaikan, menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat yang jahat. Mereka ituah orang-orang yang berjaya(bahagia)"
(Ali Imran :104)

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Tuesday 4 March 2014

Kisah Ukasyah bin Mikhsan

Tazkirah
2JamadilAwal 1435@4/3/2014

...sambungan

Kisah Ukasyah bin Mikhsan

Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah r.a menyahut dengan berkata:" Siapakah di pintu?"

Lalu Bilal berkata:"Saya Bilal, saya diperintahkan oleh Rasulullah S.A.W. untuk mengambil tongkatnya."

Kemudian Fatimah berkata:" Wahai Bilal, untuk apa ayahku meminta tongkatnya?"

Bilal berkata:"Wahai Fatimah, Rasulullah S.A.W. telah menyediakan dirinya untuk di qisas." Fatimah bertanya lagi:"Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk mengqisas Rasulullah S.A.W.?"

Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah r.a., sebaik sahaja Fatimah r.a memberikan tongkat tersebut maka Bilal pun membawa nya kepada Rasulullah S.A.W.

Setelah Rasulullah S.A.W. menerima tongkat tersebut dari Bilal maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah'. Melihat hal yang demikian maka Abu Bakar r.a. dan Umar r.a tampil ke hadapan sambil berkata:"Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qisas baginda Rasulullah S.A.W., tetapi kamu qisaslah kami berdua."

Apabila Rasulullah S.A.W. mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar maka dengan segera baginda berkata:"Wahai Abu Bakar dan Umar, duduk lah kamu sesungguhnya Allah S.W.T. telah menetapkan tempat untuk kamu berdua."

Kemudian Ali r.a. bangun lalu berkata:"Wahai 'Ukasyah! aku adalah orang yang sentiasa berada disamping Rasulullah S.A.W. oleh itu kamu pukul lah aku dan janganlah kamu mengqisas Rasulullah S.A.W."

Lalu Rasulullah S.A.W. berkata:" Wahai Ali, duduklah kamu, sesungguhnya Allah S.W.T. telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hati mu."

Setelah itu Hasan dan Husin bangun dan berkata:"Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahawa kami ini adalah cucu Rasulullah S.A.W., kalau kamu mengqisas kami sama dengan kamu mengqisas Rasulullah S.A.W."

Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah S.A.W. pun berkata: "Wahai buah hatiku, duduklah kamu berdua."

Rasulullah S.A.W. berkata:" Wahai 'Ukasyah, pukul lah saya kalau kamu hendak memukul."

Kemudian 'Ukasyah berkata:" Ya Rasulullah S.A.W. anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju."

Maka Rasulullah S.A.W. pun membuka baju, sebaik sahaja
Rasulullah S.A.W. membuka baju maka menangislah semua yang hadir.

Sebaik sahaja 'Ukasyah melihat tubuh badan Rasulullah S.A.W. maka dia pun mencium beliau dan berkata: "Saya tebus anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah S.A.W. Siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya hendak menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah S.W.T. dengan badan saya dan Allah S.W.T menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu."

Kemudian Rasulullah S.A.W. berkata:"Dengarlah kamu sekelian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya."

Kemudian semua para jemaah bersalaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah berkata:" Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi darjat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah S.A.W. di dalam syurga."

Wassalam


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK

Saturday 1 March 2014

Menghina Hukum Allah SWT-bahagian 5

Tazkirah
29RabiulAkhir 1435@1/3/2014

...sambungan

Menghina Hukum Allah SWT

d) Terputusnya Hubungan Suami Isteri.

Orang murtad dianggap sebagai orang yang sudah mati, kerana dia akan dijatuhkan hukum bunuh apabila tidak mahu bertaubat. Sebab itu kalau sekiranya salah seorang suami atau isteri murtad maka pernikahan kedua-duanya terbatal walaupun begitu, kalau sekiranya yang murtad kembali bertaubat (masuk Islam semula) dalam masa 'idah isterinya belum habis (tamat) maka kedua-dua bekas pasangan suami isteri tersebut dikira kembali seperti asal, tidak perlu kepada akad nikah baru. Tetapi kalau dia tidak bertaubat dalam masa 'idah masih belum habis, nikah tersebut dianggap terbatal. Kalau dia bertaubat (kembali kepada Islam semula) selepas habis 'idah, dia perlu diakad nikah semula dengan maskahwin baru jika mahu meneruskan hubungan suami isteri yang sah.

Selain itu orang murtad, pernikahannya tidak sah samada dia mahu berkahwin sendiri dengan orang lain atau dia mahu menjadi wali nikah untuk perkahwinan orang lain.

e) Penyembelihannya Tidak Halal dan Segala Pahala Amalan Ibadat Terbatal.

Penyembelihan orang murtad tidak halal dan haram dimakan. Hukumnya sama dengan hukum penyembelihan orang kafir yang menyembah berhala. Kalau dia menganut agama ahli al-Kitab seperti menganut agama Nasrani (Kristian) sekali pun penyembelihannya tetap haram.

Selain itu pahala amalan soleh atau pahala ibadat yang dikerjakan - walau berapa banyak sekali pun - menjadi gugur dan terbatal, menjadi sia-sia, sebagaimana Allah berfirman, ertinya:

"Sesiapa yang kufur (ingkar syariat Islam) sesudah dia beriman maka sesungguhnya gugur dan terbatal segala (pahala) amalan baiknya dan dia di akhirat nanti tergolong dari golongan orang yang rugi." (Surah al-Maidah : ayat 5)

Ini akan berlaku kalau sekiranya dia murtad secara berterusan sehingga mati dalam kufur. Tetapi kalau sekiranya dia bertaubat dan kembali kepada Islam semula, maka dia dituntut supaya mengqada'kan amal-amal ibadat seperti sembahyang, puasa dan zakat yang ditinggalkan sepanjang tempoh murtad tersebut. Ada pun haji yang dikerjakan sebelum murtad tidak perlu diqada'kan.

Mayat Orang Murtad yang Dihukum Bunuh

Mayat orang murtad yang dihukum bunuh tidak boleh diurus seperti mayat-mayat orang Islam. Mayat tersebut tidak perlu dimandi kerana dia telah keluar daripada Islam, tetapi kalau dimandikan ia adalah harus. Juga tidak boleh disembahyangkan kerana sembahyang mayat ke atas orang kafir adalah haram. Sebagaimana Allah berfirman, ertinya:

"Jangan kamu sembahyang ke atas seorang pun yang mati dari orang-orang kafir itu selama-lamanya." (surah al-Taubah : ayat 84)

Demikian juga tidak harus dikebumi di tanah perkuburan orang Islam, bahkan harus dikebumikan di tanah perkuburan orang kafir atau di tempat khas yang berasingan.

InsyaAllah bersambung...


SETIAUSAHA MASJID AS-SYARIF TELOK DATOK